Perubahan iklim, penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, dan polusi berbasis lahan (Ainsworth et al. 2016, Cinner et al. 2018, Hughes et al. 2018, Wenger et al. 2020) adalah salah satu tekanan utama terhadap terumbu karang secara global, yang mengakibatkan kerugian besar tutupan karang hidup (Eddy et al. 2021) dan hilangnya jasa ekosistem senilai lebih dari $10 triliun dolar per tahun (Costanza et al. 2014). Memperkuat kondisi yang memungkinkan untuk konservasi terumbu karang yang sukses adalah salah satu tantangan paling mendesak yang dihadapi masyarakat, ilmuwan, manajer, pembuat kebijakan, organisasi non-pemerintah (LSM), dan donor filantropi di abad ke-21, dan akan membutuhkan investasi yang signifikan untuk meningkatkan tata kelola terumbu karang dan aktivitas manusia yang mengancamnya (Morrison et al. 2019).