Kesimpulan
Penutupan berkala, yang juga dikenal sebagai penutupan sementara, jangka pendek, rotasi, pemanenan berkala, atau penutupan tidak permanen, melarang sementara pengambilan sumber daya laut di area tertentu (Cohen dan Foale, 2013). Penggunaan penutupan tersebut meningkat dalam inisiatif pengelolaan berbasis masyarakat di seluruh Indo-Pasifik dan didukung oleh basis bukti yang berkembang (Cinner et al., 2006; Bartlett et al., 2009; Cohen dan Foale, 2013; Oliver et al. , 2015). Di Samudra Hindia Barat, minat terhadap penutupan berkala sebagian besar berpusat pada penggunaannya dalam pengelolaan gurita karang Octopus cyanea , spesies penting secara regional yang dikonsumsi secara lokal dan dijual untuk diekspor ke Eropa selatan (Humber et al., 2006; Moreno , 2011). Penutupan dimulai di Madagaskar pada tahun 2003, biasanya mencakup 25% dari keseluruhan daerah penangkapan gurita komunitas dan dilakukan selama 2-3 bulan pada berbagai waktu dalam setahun. Keberhasilan nyata dari penutupan awal menyebabkan komunitas lain mengikuti, dan pada Oktober 2015, lebih dari 250 penutupan telah terjadi. Untuk membantu memperkuat dan mendukung upaya ini, laporan ini menggunakan pendekatan studi kasus untuk memeriksa pengalaman penutupan jangka pendek untuk spesies invertebrata artisanal selain gurita di seluruh Indo-Pasifik.
Temuan Kunci
• Penutupan berkala adalah alat manajemen yang umum digunakan di banyak bagian Pasifik, terutama negara-negara dengan tradisi kepemilikan laut adat (CMT) – hak untuk mengontrol akses ke daerah penangkapan ikan di tingkat lokal. Dalam konteks ini, sebagian besar penutupan digunakan untuk mengelola kumpulan terumbu multi-spesies, meskipun hanya ada sedikit dukungan empiris untuk melakukannya.
• Dalam konteks pengelolaan Barat, penutupan berkala telah digunakan untuk invertebrata bentik seperti trochus, scallop, bulu babi, lobster, karang dan abalon. Di sini juga, hasilnya bervariasi dan saat ini hanya ada sedikit konsensus tentang efektivitas pendekatan dari studi lapangan.
• Bukti dari studi pemodelan dan penelitian empiris awal di Selandia Baru lebih instruktif dan menunjukkan bahwa spesies yang berumur lebih panjang dan tumbuh lebih lambat akan membutuhkan periode penutupan yang lebih lama untuk memperoleh manfaat daripada spesies yang tumbuh lebih cepat dan berumur lebih pendek dan bahwa penutupan berkala umumnya lebih cocok untuk spesies yang berumur pendek dan tumbuh cepat.
• Dalam perikanan artisanal tropis, penutupan berkala juga telah digunakan untuk mengelola spesies invertebrata tunggal seperti gurita (Octopus cyanea), trochus (Tectus niloticus), kerang lumpur (Polymesoda spp.), kepiting bakau (Scylla serrata), lobster (Panulirus spp.), dan kerang darah (Tegillarca granosa).
• Bukti dari studi kasus yang dibahas di sini menunjukkan bahwa penutupan berkala dapat menjadi strategi pengelolaan yang sukses untuk perikanan invertebrata pesisir skala kecil, meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan manfaat ekonomi yang positif bagi masyarakat nelayan berpenghasilan rendah.
• Sulit untuk menentukan faktor kunci yang mendukung keberhasilan sistem penutupan periodik untuk perikanan invertebrata skala kecil karena pendekatannya sangat bervariasi, bahkan di antara penutupan yang bertujuan untuk mengelola spesies yang sama (misalnya trochus).